Kamis, 30 Oktober 2008

Arsip untuk ‘Latar Belakang Dan Sejarah Konflik Timur Tengah’ Kategori


Latar Belakang Dan Sejarah Konflik Timur Tengah VIII
Oleh Dr. Jeff Hammond

Artikel 8 : Keadaan Kaum Yahudi Dan Kaum Arab di Palestina Di Zaman Ottoman (1517 M - 1917 M)

Karena seri artikel kita membawa kita lebih dekat kepada generasi kita maka semakin penting untuk kita mengetahui keadaan Palestina menjelang daerah itu menjadi rebutan dan pemicu berbagai perang yang telah menghantui duni selama 100 tahun sampai sekarang. Salah satu pertanyaan kunci adalah apakah orang Israel berhak berada di Palestina? Menurut Presiden Iran, Ahmadinejad, Israel harus diusir sebagai penjajah yang tidak mempunyai hak sama sekali untuk mendiami Tanah Palestina. Apa benar Israel penjajah ataukah justru Israellah yang memiliki hak mutlak atas Palestina sebagai satu-satu suku penduduk negeri tersebut yang secara permanen, selama ribuan tahun menghuni dan mengolah tanah tersebut?

Bangsa Yahudi di Palestina selama 3500 tahun secara permanen

Fakta sejarah menunjukkan bahwa bangsa Israel, terutama ‘Kerajaan Yehuda’ adalah satu-satunya suku bangsa yang secara permanen telah mendiami tanah Palestina, tanpa putus, selama 3500 tahun sejak Nabi Musa membawa Israel ke perbatasan Kanaan lalu Yosua dan Kaleb memimpin Israel masuk dan menguasai seluruh negeri itu.

Di dalam artikel-artikel sebelumnya kita sudah melihat banyak bukti eksistensi Israel di Palestina. Dalam artikel ini kita akan melihat pula berbagai bukti dari sejarah modern, yaitu dari zaman Ottoman sampai 90 tahun yang lalu bahwa mayoritas penduduk Palestina selama sejarah, selamanya orang Yahudi.

Ada banyak sumber Arab yang mengkonfirm fakta bahwa mayoritas penduduk Palestina selama zaman pemerintahan Arab adalah orang Yahudi. Biasanya fokus kita adalah pada Diaspora, yaitu orang-orang Yahudi yang tersebar di berbagai bangsa Timur Tengah dan Eropa sejak zaman pemerintahan Roma/Bizantin.

Pada tahun 985 penulis Arab, Muqaddasi, telah mengeluh bahwa di Yerusalem mayoritas besar penduduk adalah Yahudi, lalu dia berkata bahwa “Mesjid sudah kosong, tidak ada yang bersolat…”Dalam kesaksian Ibn Khaldun, salah satu sejarahwan yang paling terkenal telah menulis pada tahun 1377 :

“Kedaulatan Yahudi di Tanah Israel telah berlangsung lebih dari 1400 tahun…Itulah orang Yahudi yang menanam kebudayaan dan adat istiadat di perkemahan permanen”.

Selanjutnya setelah 300 tahun pemerintahan Arab di Tanah Suci, Ibn Khaldun mengakui bahwa kebudayaan dan tradisi Yahudi tetap dominan. Itu adalah fakta sejarah bahwa sampai waktu itu sama sekali tidak ada bukti hadirnya kebudayaan atau perkampungan bahwa yang masa kini disebut “orang Palestina” sudah berakar di daerah Palestina. Ingatlah bahwa orang Palestina masa kini adalah campuran keturunan Arab dari berbagai bangsa Arab yang bersumber di Yaman.

Ahli sejarah Timur Tengah, James Parker menulis : “Selama abad pertama penjajahan Palestina oleh tentara Arab (670 M - 740 M), Kalif dan gubernur Suriah dan Palestina memerintah atas penduduk yang hampir seluruhnya adalah Kristen dan Yahudi. Selain beberapa Bedouin (suku Arab yang suka mengembara) pada awal penjajahan itu, semua orang keturunan Arabs yang di sebelah barat sungai Yordan adalah benteng-benteng tentara”.

Walaupun tentara Arab berkuasa di Palestina dari 640 sampai 1099, mereka tidak pernah menjadi penduduk mayoritas. Selama masa itu mayoritas penduduk adalah Kristen (suku bangsa Asyur dan Armenia) dan orang-orang Yahudi.

Selain dokumen-dokumen sejarah, kesaksian-kesaksian dalam penulisan para saksi mata dan pernyataan-pernyataan para sejarahwan Arab yang paling terkenal yang mendukung fakta orang Yahudi adalah penduduk utama dan mayoritas di Palestina, kita dapat baca juga dalam Al-Quran, SURAT 17. AL ISRAA’ 104, bahwa penduduk Palestina adalah bangsa Yahudi dan Allah berkata kepada mereka : “Tinggal dengan aman di Tanah Perjanjian.” (lebih lanjut…)


Latar Belakang Dan Sejarah Konflik Timur Tengah VII
Oleh Dr. Jeff Hammond

Artikel 7 : Masa Khilafah Ottoman Di Wilayah Palestina (1517 M - 1917 M)

Semakin nyata dalam pembahasan tentang Khilafah Ottoman 1517-1917 bahwa inilah periode yang sangat berpengaruh atas latar belakang situasi Timur Tengah yang masa kini kian hari kian berbahaya. Oleh sebab itu, kita akan melihat dalam dua artikel tentang sejarah dan keadaan Palestina karena sejarah masa lampau adalah kunci memahami masa kini dan arah perjuangan berbagai pihak yang kini semakin nyata. Pembahasan ini tidak bermaksud menyerang satu atau lain pihak, sebaliknya untuk memeriksa fakta-fakta sejarah demi memahami dasar pergolakan Timur Tengah.

Pada tahun 1517 Yerusalem dan seluruh Tanah Suci dikalahkan dan dikuasai oleh Khilafah Ottoman yang berpusat di Turkey dan mereka berkuasa selama empat abad sampai tahun 1917, waktu tentara Inggris meraih Kota Yerusalem dan menetapkan yang disebut “Mandat Palestin”. Peristiwa itu telah menandakan berakhirnya Khilafah Ottoman, yang sampai tahun itu telah menjadi satu-satunya pemerintahan atas seluruh wilayah Arab dan atas setiap bangsa Arab. Mulai tahun 1917 bangsa-bangsa Arab mulai mengklaim otonomi dan kemerdekaannya sehingga masa kini ada 22 bangsa Arab yang independen dan berdaulat di Timur Tengah. Walaupun zaman itu sering disebut Zaman Emas Islam ternyata dampak positifnya hanya dirasakan di Palestina selama 50 tahun pertama pemerintahan Ottoman di Timur Tengah.

Sultan Sulaiman Alqanuni merebut Yerusalem 1517

Pasca Perang Salib dan bangkitnya dominasi Islam di seluruh Timur Tengah oleh Khilafah Abbuyid dan Mamluk, telah muncul suatu kekuatan baru yang berpusat di Istambul (dulu Konstaninopel) sehingga pada tahun 1517 Yerusalem jatuh ke tangan Khilafah Ottoman yang akan berkuasa di seluruh Timur Tengah sampai 1917. Khilafah Ottoman akhirnya dikalahkan oleh Attaturk yang telah menjadi Presiden pertama Turki modern yang telah menjadikan Turki bangsa sipil dengan Islam sebagai agama utama di antara beberapa agama lainnya.

Walaupun Khilafah Ottoman telah sangat menghargai Mesjid Al Aqsa dan Mesjid Kubah Al-Saqra sebagai tempat terhormat ketiga dalam agama Islam, si Sultan Sulaiman tidak menganggap Yerusalem cocok untuk menjadi ibukota wilayah itu.

Limapuluh tahun pertama kepemimpinan Ottoman adalah masa kemakmuran di Yerusalem, sebagaimana di seluruh kedaulatan Turki. Di bawah pimpinan Sultan Sulaiman Alqanuni, mencapai puncak pemulihannya secara budaya, ekonomi dan militer. Pada tahun 1532 sistem perairan diperbaiki dan di antara 1538 dan 1541, setelah 320 tahun, tembok Yerusalem diperbaiki dan dibangun kembali. Inilah tembok-tembok yang masih ada di keliling Kota Tua sampai hari ini. (Lihat sejarah itu dengan lebih lengkap di buku yang diedit Nitza Rosovsky; City of the Great King: Jerusalem from David to the Present; Harvard University Press: Cambridge, 1996; hal.25)

Pemulihan Tembok Yerusalem dilakukan karena tentara Ottoman takut tentara Mamluk mau berusaha merebut kembali Kota Yerusalem. Selain itu Sultan Sulaiman telah memperindah Kubah Al-Saqra dengan tehel-tehel berwarna hijau dan biru yang terbaik dari Persia. Namun setelah Sultan Sulaiman Alqanuni keadaan Yerusalem dan seluruh wilayah Palestina dibiarkan. Ekonominya menurun drastis, penduduknya mengungsi ke Siria, Libanon dan Mesir, dan wilayah ini kembali menjadi wilayah yang sangat sunyi. (Sejarah masa itu dapat diselidiki lebih jauh dalam buku oleh Idinopulos, Thomas A.; Jerusalem Blessed, Jerusalem Cursed; Ivan R. Dee: Chicago; 1991) (lebih lanjut…)


Latar Belakang Dan Sejarah Konflik Timur Tengah VI
Oleh Dr. Jeff Hammond

Artikel 6 : Palestina Pasca Perang Salib Dan Masa Kedaulatan Islam (1187 M - 1516 M)

Sering kali Perang Salib dibagikan menjadai delapan periode :

1. 1095-1101;
2. 1145-1147;
3. 1188-1192;
4. 1204;
5. 1217;
6. 1239;
7. 1249-1252;
8. 1270.

Namun pembagian ini tidak termasuk banyak ekspedisi kecilan yang telah terjadi sampai 1669.

Pada dasarnya Perang Salib adalah kebijakan politik Gereja Katolik dan khususnya Paus yang selama periode itu lebih berkuasa daripada raja-raja di bangsa-bangsa Eropa. Terjadinya Reformasi yang dipimpin Martin Luther mulai tahun 1517 telah membawa suatu perubahan besar dalam pandangan dunia Kristen terhadap peranan agama Kristen dalam perang dan penginjilan. Terjadinya Reformasi telah menyebabkan rencana Paus Leo X untuk melancarkan Perang Salib pada tahun 1517 utk menyelamatkan kota Konstantinopel (Istanbul) dari penjajahan Tentara Ottoman Turki batal.

Para pemimpin Reformasi, Gerakan Protestan itu yang dipimpin Luther telah menyatakan Perang Salib adalah dosa, karena Tuhan telah pakai orang Turki untuk menghukum dunia Kristen karena dosa-dosanya yang banyak.

Di wilayah Palestina, laskar-laskar Salib diusir secara total pada tahun 1291 waktu mereka diusir dari kota Acre. Setelah itu wilayah Palestina memasuki “masa kegelapan” karena pemerintahan dengan kekerasan oleh Kerajaan Mamluk dari Mesir ditambah beberapa pandemi penyakit.

Masa Ayyubid – Mamluk

Pada tahun 1187, Saladin telah menetapkan kembali pemerintahan Abbasid atas Fatimid Misir dan telah menaklukkan kota Yerusalem. Selama 700 tahun berikut Yerusalem dikuasai pemerintahan Islam (Abbuyid dan Ottoman), kecuali beberapa tahun saja. Walaupun Salah Al-Din berkemurahan atas masyarakat yang tidak berperang dan telah memelihara semua tempat ibadah, namun dia sangat berusaha untuk menghapuskan semua tanda hadirnya para laskar Perang Salib. Bangunan-bangunan yang dianggap milik Islam dan yang telah dipakai sebagai Gereja, seperti Mesjid Dome Of The Rock, dikembalikan untuk dipakai sebagai Mesjid lagi dan sejumlah besar bangunan pemerintahan Kristen dijadikan bangunan Islam (Idinopulos, Thomas A.; Jerusalem Blessed, Jerusalem Cursed; Ivan R. Dee: Chicago; 1991; hal. 250-251).

Akibat buruk dari Perang Salib adalah merosotnya posisi masyarakat Kristiani di Tanah Suci. Dulu, sejak tentara Islam masuk Palestina mulai pertengahan abad ke-7, umat Kristiani sebagai minoritas telah diberi hak dan hormat di bawah pemerintahan Islam. Setelah Pemerintahan Perang Salib, atau Kerajaan Latin berkuasa, hak-hak mereka malah berkurang.

Karena ancaman Perang Salib ketiga, Salah Al-Din dan para penerusnya telah membangun kembali tembok-tembok Yerusalem. Namun, baru setelah selesai dibangun pada tahun 1219 keponakan Salah Al-Din, Al-Malik Al Mu’azzam Isa, telah memberi perintah untuk membongkar semuanya kembali. Setelah itu, kebanyakan penduduk telah meninggalkan Yerusalem karena dianggap tidak aman dan mustahil dilindungi dari serangan. Hanya setelah 320 tahun berlalu, pada zaman Ottoman, tembok-temboknya diperbaiki kembali. (lebih lanjut…)


Latar Belakang Dan Sejarah Konflik Timur Tengah V
Oleh Dr. Jeff Hammond

Artikel 5 : Israel Di Zaman Perang Salib (1095 M - 1291 M)

Banyak orang percaya bahwa Perang Salib adalah serangan biadab oleh orang Kristen terhadap orang Islam tanpa alasan. Apakah hal itu benar?

Apa Penyebab Perang Salib?

Mula pertama Perang Salib merupakan perang defensif bukan ofensif. Selama lima abad Timur Tengah bagian Israel-Palestina, Yordan, Mesir, Libanon dan Siria adalah wilayah Kristen. Hal ini terjadi karena pemberitaan Injil dan pertobatan penduduk dan penguasa. Setelah Kaisar Konstantin, agama Kristen berubah menjadi kekuatan politik sehingga makin lama makin kehilangan kuasa rohaninya. Ke dalam situasi ini tentara Jihad dari Arab Saudi mengubah peta politik dan agama utama yang dipeluk mayoritas penduduk daerah Timur Tengah dan Afrika Utara. Perubahan ini terjadi dengan penumpahan darah dan pembantaian banyak sekali orang Kristen.

Salah satu alasan Perang Salib diluncurkan adalah untuk membela dan membebaskan orang-orang Kristen yang dijajah oleh orang Islam. Sebagaimana kita sudah selidiki, dalam waktu kurang dari satu abad Islam sudah merebut dua pertiga dari dunia Kristen : Palestina, Siria, Mesir, Turki, Spanyol, Portugal, dll. Juga di bawah Khilafah Fatimid Kalif Al-Hakim dua ribu Gereja dihancurkan termasuk Gereja Kuburan Kudus, (Holy Sepulchre) pada tahun 1009.

Paus Innocent III menulis…”Apakah kamu tidak tahu bahwa ribuan orang Kristen diperbudak dan ditawan oleh orang Islam, disiksa dengan siksaan yang tak dapat terhitung?” Perang Salib dianggap sebagai kewajiban umat Kristen untuk mengungkapkan kasih mereka bagi saudaranya yang menderita dan untuk mengungkapkan kasih bagi Kristus. Pada waktu itu, Islam dipandang sebagai musuh Kristus dan Gereja dan tujuan Perang Salib adalah untuk mengalahkan Islam dan membebaskan umat Kristen dari jajahannya. Berdasarkan pandangan itu Gereja membuat sumpah kudus sehingga banyak orang berangkat ke Israel untuk memerdekakan Tanah Kudus dari tangan orang Islam.

Sebabnya kedua terjadi Perang Salib, adalah supaya umat Kristen merebut kembali Yerusalem, Kota Kudus, dari tangan dan kuasa orang Islam. Sejak Konstantin, banyak orang Kristen berziarah ke Tanah Suci. Walaupun daerah itu dikuasai Islam sejak tahun 638, mereka masih bisa mengunjunginya. Tetapi pada abad kesebelas, orang Seljuk dari Turki menguasi Yerusalem dan melarang kunjungan orang Kristen ke sana lagi.

Pada tahun 1095 Paus Urban II menyerukan Perang Salib untuk menghentikan serangan Islam terhadap wilayah-wilayah Kristen. Dalam pidatonya di Musyawarah Clermont di Perancis pada 27 November 27 1095, dia memanggil orang Kristen dari semua Negara Kristen untuk berziarah ke Tanah Suci dan mengadakan Perang Salib.

Tujuan Perang Salib

I. Yang pertama, 1095-1099, dicanangkan oleh Paus Urban II
II. Yang kedua, 1147-1149, dipimpin oleh Raja Louis VII yang gagal, dan mengakibatkan kehilangan salah satu dari empat Kerajaan Latin, yaitu, Edessa
III. Yang ketiga, 1188-1192, dicanangkan oleh Paus Gregory VIII sesudah kegagalan Perang Salib yang kedua. Dipimpin oleh Emperor Frederick Barbarossa, Raja Philip Augustus dari Perancis dan Raja Richard “Coeur-de-Lion” dari England
IV. Yang keempat, di mana Konstantinopel dihancurkan, 1202-1204
V. Yang kelima, yang termasuk rebutnya Damietta, 1217-1221
VI. Yang keenam, di mana Frederick II ikut (1228-1229); juga Thibaud De Champagne dan Richard dari Cornwall (1239)
VII. Yang ketujuh, dipimpin oleh St. Louis (Louis IX dari Perancis), 1248-1250

Kerajaan Perang Salib (1099 sampai 1187) (lebih lanjut…)


Latar Belakang Dan Sejarah Konflik Timur Tengah IV
Oleh Dr. Jeff Hammond

Artikel 4 : Israel Di Zaman Byzantin-Arab (638 M - 1099 M)

Masa kini mayoritas penduduk wilayah Palestina-Israel terdiri dari orang-orang Arab. Di dalam sejarah Timur Tengah ditemukan istilah-istilah Arab Yahudi, Arab Kristen dan Arab Muslim. Proses Arabisasi kebudayaan dan bahasa di wilayah itu telah mulai dari tahun 638 M, dan berangsur-angsur terjadi selama 1360 tahun. Walaupun proses itu sering disamakan dengan proses Islamisasi hal itu tidak tentu benar. Arabisasi terutama adalah berkaitan dengan kebudayaan dan bahasa namun dampak perkembangan Islam juga merupakan suatu pengaruh yang sangat besar.

Dalam bukunya, “Arab and Jew in the Land of Canaan” dijelaskan oleh Ilene Beatty bahwa ada pelbagai suku bangsa yang datang di Kanaan dan mereka “merupakan tambahan, kelompok-kelompok yang dicangkokkan pada pohon silsilah penduduk. Para penyerbu Arab di abad ke 7 M telah meng-Islam-kan sebagian besar penduduk asli, telah bermukim sebagai penduduk, dan kawin-campur dengan mereka, sehingga semua orang di sana kemudian mengalami Arabisasi sampai kita tidak dapat menyatakan kapan peradaban Kanaan berakhir dan kapan peradaban Arab mulai.”

Orang-orang Yahudi dibagikan antara Yahudi Arab, Yahudi Eropa, Yahudi Asia dan Yahudi Afrika. Kenapa ada sekelompok yang disebut ‘Yahudi Arab’? Ini terjadi sebab di sepanjang sejarah Timur Tengah ada sejumlah besar orang Yahudi yang mengalami Arabisasi bahasa dan kebudayaan walaupun mayoritas orang Yahudi tidak menjadi penganut agama Islam.

Kemenangan dan Pemerintahan Arab di Israel (635 M - 638 M)

Sesudah kematian Muhammad, Islam telah mulai berekspansi ke negara-negara yang lain dengan tujuan akhir, menggenapi seruan Jihadnya untuk menghancurkan kekuasaan Kerajaan Byzantin dan ke-Kristen-an dan merebut kota Konstantinopel. Tentara-tentara Jihad telah masuk dan menguasai kota Yerusalem sekitar tahun 635 M - 638 M. Namun pada masa itu kota Yerusalem lebih dikenal dengan nama Romanya, Aelia, sampai abad ke-10 ketika diberi nama bahasa Arab, Al-Quds (Kota Kudus).

Wilayah Yerusalem ataupun wilayah Palestina-Israel tidak pernah dipimpin bangsa-bangsa Arab sebagai sebuah ‘bangsa’. Ketua delegasi Syria di Konferensi Perdamaian Paris, Februari 1919 mengatakan : “Satu-satunya dominasi Arab sejak dikuasai pada tahun 635 hanya bertahan, pada dasarnya, 22 tahun”. Wilayah it hanya didominasi secara “politik” saja sehingga dapat dikatakan bahwa orang-orang Yahudi “kehilangan tanahnya”, karena tidak pernah mereka meninggalkannya sehingga kosong secara fisik, ataupun meninggalkan klaimnya atas wilayah itu sebagai bangsanya.

Selanjutnya kota Yerusalem adalah kota kudus untuk tiga agama keturunan Abraham (Yahudi, Kristen dan Islam). Waktu tentara-tentara Arab mengambil alih kota Yerusalem, mereka telah menduduki lokasi-lokasi sakral yang telah menjadi tujuan ziarah Kristen dan Yahudi. Mulai dari waktu itu sudah ditanam benih-benih konflik tentang hak milik semua lokasi sakral yang kemudian diperebutkan umat Kristiani selama Perang Salib bahkan sampai masa kini oleh kaum Yahudi, khususnya Bukit Moria, tempat Abraham mau mempersembahkan anaknya kepada Tuhan, yang juga adalah lokasi Bait Suci Solomon dan hari ini lokasi Mesjid Umar dan Mesjid Al-Aqsa.

Membangun Mesjid Umar ‘Dome Of The Rock’

Umar (Kalif pertama), waktu tiba di Yerusalem meminta agar diantar ke Bukit Bait Suci, suatu pengakuan agama Islam menerima dan mengakui tradisi para Nabi Ibrani. Setelah mencapai puncak bukit itu, Kalif Umar merasa mual melihat daerah itu telah menjadi daerah pembuangan sampah oleh orang-orang Kristen sebagai penghinaannya terhadap agama orang-orang Yahudi. Umar, karena telah menghormati orang-orang Yahudi, memberi perintah agar lokasi itu dibersihkan. Tindakan tersebut menjadi langkah pertama untuk mempersiapkan lokasi sakral Yahudi menjadi lokasi ibadah Muslim.

Pada awal masa Arab, mayoritas penduduk Yerusalem beragama Kristen. Konstruksi Mesjid ‘Dome Of The Rock’ pada tahun 691, gedung sakral Muslim pertama di Israel, bertujuan menyaingi Gereja Kuburan Kudus (Holy Sepulchre). Baik Mesjid ‘Dome Of The Rock’ dan Gereja Holy Sepulchre dibangun berdasarkan gambar bentuk dan ukuran yang sama, tetapi Mesjid ‘Dome Of The Rock’ dihiasi dengan ayat-ayat anti ke-Tritunggal-an Allah dari Al-Quran.

Awalnya, orang-orang Muslim seperti yang dilakukan orang-orang Yahudi di Arab Saudi, telah menghadap ke Yerusalem waktu berdoa. Namun, pada waktu orang-orang Yahudi - yang adalah mayoritas penduduk Medina telah menolak kerja sama secara agama dan politik dengan umat Islam bahkan menolak klaim ke-Nabi-an Muhammad - maka ada pewahyuan baru yang turun dari Allah yang memerintahkannya memindahkan arah doa dari Yerusalem ke Mekah (John L. Esposito; Islam : the Straight Path; Oxford University Press : New York, 1991; pg.16). (lebih lanjut…)

1 komentar:

ALIANSI-MAHASISWA-PAPUA(AMP) mengatakan...

http://jonjayray.blogspot.com/2006_01_01_archive.html