Kamis, 06 November 2008

Obama Bisa Jadi Inspirasi Perubahan Untuk Papua

07 Nopember 2008 06:19:01


JAYAPURA- Kemenangan senator Ilinois Barack Hussein Obama menjadi Presiden ke-44 Negara Adidaya Amerika Serikat (AS), diyakini akan mampu membawa efek penting bagi bangsa Indonesia pada umumnya dan Papua khususnya.
Pengamat Politik Papua Drs. Nafi Sanggenafa, MA mengungkapkan, secara pribadi maupun selaku pimpinan fakultas sangat bangga dengan kemenangan
Senator berusia 47 tahun itu.
Dikatakan, efek penting dari kemenangan Obama bagi Bangsa Indonesia ini adalah bahwa demokrasi itu tidak lagi memendang apakah seseorang itu senior atau junior, tapi yang paling adalah kualitas kemampuan dari kandidat-kandidat yang ada apakah pada level pemilihan Calon Presiden, Gubernur dan Bupati/Walikota..
"Kita harus jujur bahwa setiap orang yang punya hak untuk terlibat dalam pemilihan pemimpin itu harus diberikan kebebasan seluas-luasnya. Jadi kebebasan itu tidak dibatasi apakah dia ini senior atau tidak, apakah rambut lurus atau keriting dan dari mana asalnya. Yang jelas belajar dari kemenangan Obama semua orang punya hak yang sama untuk tampil sebagai pemimpin apakah di tingkat Negara atau daerah," ujar Nafi Sanggenafa saat ditemui Cenderawasih Pos diruang kerjanya, kemarin.
Menurut Dekan FISIP Uncen itu, kemenangan Obama itu disatu sisi sangat menguntung Bangsa Indonesia karena dia ini memiliki hubungan emosional dengan Indonesia, karena masa kecilnya pernah tinggal di Jakarta.
Karena itu, dalam konteks politik hubungan Indonesia dan AS pasca kemenangan Obama itu diyakini hubungan kedua negara ini akan semakin baik dan intens, termasuk hubungan di bidang-bidang lain apakah ekonomi maupun dalam hal kerjasama militernya.
Lalu bagaimana efeknya bagi Papua terkait kemenangan Obama ini, menurut Sanggenafa secara spesifik dampaknya sangat luar biasa akan memacu motivasi masyarakat atau saudara-saudara di Papua bahwa demokrasi itu tidak lagi mengenal minoritas atau mayoritas.
" Dalam konteks pencalonan sebagai seorang pemimpin yang penting adalah siapa yang memiliki kemampuan ilmu pengetahuan bagus, performa bagus dan disenangi oleh banyak orang, terutama ide-ide atau gagasan brilian yang dimiliknya dalam membangun suatu bangsa khususnya di daerah Papua. Jadi saya pikir banyak hal yang harus dipelajari terkait kemenangan Barak Obama khususnya dalam menjalankan demokrasi," tandasnya.
Baginya, kemenangan Obama ini bisa membuka makna dan nilai-nilai demokrasi yang sesungguhnya bahwa siapa saja apakah kulit hitam atau putih dan dari suku mana saja memiliki hak yang sama untuk menjadi pemimpin, bukan saja di Papua tapi di seluruh Indonesia asalkan memiliki kemampuan.
Memang harus diakuinya, usia Amerika sudah cukup dewasa yakni 200 tahun, sementara Indonesia baru 64 Tahun, tapi bukan berarti di Papua atau di Indonesia tidak bisa. Proses demokrasi di AS bisa dilakukan di Indonesia, asalkan mereka mau belajar dari kemenangan Obama tersebut.
" Dalam beberapa bulan kedepan Indonesia akan melaksanakan Pemilihan Presiden dan apa yang terjadi di AS harus dilakukan di Negara ini juga walaupun tidak seperti AS. Siapapun kandidat yang kalah harus mengakui dan menghormati yang menang, sepanjang itu semua dilalui secara demokratis," ungkapnya.
Jika melihat pelaksanaan proses berdemokrasi di negara ini kata dia, Indonesia masih harus belajar banyak dari AS. Sebab, dari pengalaman yang ada, setiap kandidat yang kalah atau gagal, maka yang muncul adalah protes bahkan ada yang melakukan hingga tindakan anarkis.
Dirinya berpikir, proses pemilihan Presiden harus dicontoh oleh negara ini, dimana kandidat yang kalah langsung mengucapkan selamat atas kemenengan lawan politiknya. Bahkan, kandidat yang kalah akan mendukung kepemimpinan lawan politiknya yang menang.
Sebab, meskipun para kandidat telah membuat komitmen siap kalah dan menang, namun dalam realitanya kandidat-kandidat yang kalah belum menerima kekalahan itu sehingga diwujudkan dalam bentuk protes dan lain sebagainya.
Disinggung kemenangan Obama terhadap kondisi politik Papua, menurut Naffi Sanggenafa, Obama sudah pasti akan sangat berhati-hati setiap membicarakan persoalan politik negara lain, apalagi menyangkut disintegrasi bangsa.
Kalaupun ada, semuanya tetap akan dibicarakan di tingkat hubungan politik luar Negeri apalagi itu menyangkut kedaulatan suatu bangsa. Jika, melihat visi dan misi Obama yang akan memperhatikan masalah perdamaian dunia diantaranya akan menarik pasukan AS di Irak dan Afganistan, itu menandakan bahwa Obama sangat menghargai perdamaian dan kedaulatan suatu bangsa. (mud)

Tidak ada komentar: